Jumat, 23 September 2016

Metode Kuhlthaus, Flip It, Alberta Inquiry dan Big 6

Kuhlthaus

Pengertian Metode Pembelajaran Inquiry
           Inquiry merupakan pendekatan pembelajaran di mana siswa menemukan, menggunakan variasi sumber informasi dan ide untuk lebih memahami, suatu permasalahan, topik, atau isu. Hal ini tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan tetapi juga melalui investigasieksplorasi, mencari, bertanya, meneliti, dan mempelajari. (Kuhlthau, 2007 yang dikutip dalam Sumarmi, 2012: 17).
Sedangkan menurut (Mulyatiningsih, 2012: 235)  Inquiry adalah metode yang melibatakan peserta didik dalam proses pengumpulan data dan pengujian hipotesis, guru membimbing peserta didik untuk menemukan pengertian baru, mengamati perubahan pada praktik uji coba, dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) dengan sistematis, kritis, logis dan analistis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuanya dengan rasa percaya diri.

Langkah-langkah metode pembelajaran enquiry:
·         Merumuskan masalah. Dalam hal ini, kemampuan yang dituntut yakni kesadaran terhadap masalah, melihat pentingnya masalah, dan merumuskan masalah.
·         Mengembangkan hipotesis. Dalam hal ini kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis yakni menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh, melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis, dan merumuskan hipotesis.
·         Menguji jawaban tentative. Dalam hal ini, kemampuan yang dituntut antara lain (a) merakit peristiwa yang terdiri atas mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, mengevaluasi data, dan mengklasifikasi data; (b) analisis data yang terdiri atas melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasi trend, sekuensi, dan keteraturan.
·         Menarik kesimpulan. Dalam hal ini, kemampuan yang dituntut yakni (a) mencari pola dan makna hubungan; sekaligus (b) merumuskan kesimpulan
·         Menerapkan kesimpulan dan generalisasi (Sumarmi, 2012: 18)

Kelebihan metode pembelajaran inquiry:
·         Mengembangkan keteramapilan sosial, bahasa, dan membaca.
·         Mengonstruksi pemahaman mereka.
·         Membuat siswa mandiri dalam riset dan pembelajaran.
·         Termotivasi untuk membentuk pengalaman tingkat tinggi.
·         Memiliki strategi belajar dan terampil mentransfer pada proyek inquiry yang lain (Kuhlthau, 2007)

Kekurangan metode pembelajaran inquiry:
·         Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
·         Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).
·         Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
·         Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik. 

Flip It !

Flip merupakan cerminan dari gambar dasar suatu barang atau suatu wujud semula. Flip bisa dicontohkan dengan gambar atau foto atau sebagainya.

Gambar 1. Contoh Flip

Alberta Inquiry



Teori Tentang Model Pembelajaran Inkuiri
            Ada tiga (3) macam cara model pembelajaran inkuiri menurut Sunand dan Trownbridge, 1973, yang dijelaskan dalam pembagian inkuiri oleh Mulyasa (dalam Yusman, 2010), yaitu: (1). Inkuiri Terpimpin (guide Inquiry), dengan adanya pedoman mengenai cara penyusunan, pencatatan data, perencanaan, dan perumusan masalah dibuat oleh guru untuk peserta didik sesuai kebutuhannya; (2). Inkuiri Bebas (free inquiry), dengan melibatkan peserta didik dalam suatu kelompok sesuai pembagian tugasnya untuk melakukan penelitian bebas layaknya ilmuwan; dan (3). Inkuiri Bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry), dengan guru memberikan masalah dan peserta didik diminta untuk memecahkan masalah tersebut melalui observasi, eksplorasi, dan prosedur penelitian yang diajarkan.

Langkah-langkah pelaksanaan inkuiri menurut Gulo yang dikutip oleh Trianto (dalam Yusman, 2010) adalah sebagai berikut:
·         Mengajukan pertanyaan atau permasalahan.
· Guru menulis masalah di papan tulis dan membimbing siswa/kelompok untuk mampu mengidentifikasi masalah.
·         Merumuskan hipotesis.
·  Guru memberikan kesempatan kepada siswa/kelompok dan membimbing siswa/kelompok untuk memberikan pendapat dalam membentuk suatu hipotesis relevan dan menjadi prioritas investigasi bersama.
·       Mengumpulkan data.
·  Guru memberikan kesempatan dan membimbing siswa/kelompok untuk menentukan dan mengurutkan langkah-langkah percobaan/penyelesaian masalah yang sesuai dengan rumusan hipotesis.
·         Analisis data.
·  Guru membimbing siswa/kelompok untuk menemukan informasi dalam percobaan/penyelesaian masalah.
·       -  Membuat kesimpulan.
·    - Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa/kelompok untuk memaparkan hasil pengolahan data dan menyimpulkannya.

Kelebihan dari model pembelajaran inkuiri disimpulkan dari dua pernyataan menurut Amin, 1987, dan Roestiyah, 2008 (dalam Yusman, 2010) adalah:
  1. ·      Mendorong siswa agar dapat berpikir dan bekerja atas inisiatif diri sendiri, bersikap jujur, objektif, dan terbuka.
  2. ·         Menciptakan suasana akademik yang merangsang belajar dan mendukung pembelajaran berpusat pada siswa.
  3. ·         Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga siswa mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
  4. ·         Meningkatkan harapan akan kesempatan siswa untuk mengembangkan ide agar dapat menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri, intuitif, belajar mandiri, dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
  5. ·         Mengembangkan bakat atau kecakapan/keterampilan individual siswa secara optimal.
  6. ·         Memberikan kepuasan hasil belajar siswa yang bersifat intrinsik.
  7. ·         Menghindari gaya belajar menghafal yang biasa dilakukan siswa dan menggunakana ingatan dan transfer pada situasi belajar yang lebih hidup.
  8. ·         Memberikan waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.


Adapun kekurangan model pembelajaran inkuiri menurut Rostiyah dalam Yusman (2010), adalah:
  1. ·         Diperlukan waktu yang banyak untuk menerapkan inkuiri sehingga sangat tidak sesuai bila digunakan pada sekolah dengan sistem jadwal pembelajaran yang kaku.
  2. ·         Tidak bisa digunakan pada semua bidang mata pelajaran.
  3. ·         Masih banyak siswa lebih suka pada cara belajar tradisional.
  4. ·         Masih banyak siswa yang tidak mau terlibat dalam proses berpikir didalam inkuiri

Big 6

Salah satu model Literasi Informasi yang paling banyak digunakan di sekolah-sekolah dan di lembaga pendidikan adalah the Big6. The Big6 dikembangkan oleh 2 orang professor di bidang ilmu informasi dari Universitas Syracusse. Mereka juga sudah berpengalaman dalam mengajar di sekolah-sekolah di Amerika selama puluhan tahun.
Dari penelitian dan pengamatan mereka selama puluhan tahun itulah maka lahirlah sebuah rumusan yang agak berbeda dengan beberapa model Literasi Informasi yang sudah dibuat sebelumnya seperti model Kulthau dan Strippling misalnya.
Keunikan dari model the Big6 ini antara lain adalah karena model ini di klaim oleh pembuatnya sebagai sebuah model “problem solving” dalam menyelesaikan masalah informasi. Hal ini berbeda dengan beberapa model lainnya yang memang sudah diarahkan secara khusus untuk menyelesaikan masalah dalam penulisan.
Karena itu, maka model ini sifatnya lebih fleksibel dari model-model literasi informasi lainnya, karena model ini bisa diterapkan pada hampir semua masalah manusia yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang menggunakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusannya. Misalnya : memutuskan apakah saya harus membeli buku A atau B? Apakah saya harus bekerja sambil sekolah? Apa yang akan saya bawa sebagai hadiah ulang tahun temanku Robi? Apakah topik esai yang akan aku pilih? dan sebagainya.
The Big6 seperti namanya, memiliki 6 buah langkah efektif yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah, “step by step”. Setiap langkah diperjelas dengan 2 subdivisi.Keenam langkah tersebut adalah:

Step 1
Task Definition/Mendefinisikan masalah.
Dalam tahap ini, kita diajak untuk memulai perjalanan untuk memecahkan masalah kita dengan mendefinisikan masalah secara menyeluruh. Step pertama ini terdiri dari 2 subdivisi sbb:
Definisikan permasalahannya. Dalam penulisan, maka tahap ini adalah penentuan topik dan menjelaskan pertanyaan riset (Research Question). Cara yang digunakan untuk mendapatkan topic, misalnya dengan cara : brainstorming menggunakan 5W-1H, free writing, dsb.
Mengidentifikasi kebutuhan informasi. Disini kita berusaha membatasi kebutuhan informasi pada apa yang menjadi persoalan saja. Kita bisa mendaftarkan semua “keyword” yang berhubungan dengan topic yang kita pilih. Misalnya dengan menggunakan “mind mapping”.

Step 2
Information Seeking Strategies/ Strategi pencarian informasi.
Dalam tahap ini, setelah kita membatasi informasi apa yang akan kita cari, maka kitapun dapat membatasi perencanaan terhadap sumber-sumber informasi yang kita cari. Minimal yang menjadi criteria penyeleksian sumber, adalah : otritatif, kebaruan, dan akurasi. Subdivisi dari tahap 2 ini adalah:
a. Melakukan brainstorm terhadap semua sumber informasi pendukung yang mungkin untuk digunakan. Untuk itu, maka siswa haruslah diajar untuk memiliki wawasan yang luas terhadap berbagai sumber informasi, baik yang tersedia di perpustakaan, ataupun sumber-sumber yang bersifat primer seperti wawancara langsung kepada narasumber, pengambilan foto, pencatatan data dengan observasi. Dsb.
b. Memilih sumber-sumber yang terbaik. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan 3 kriteria pemilihan sumber diatas, yaitu: otoritatif, kebaruan dan akurasi. Tentunya, semua itu juga disesuaikan oleh lama waktu pengerjaan, dan ketersediaan sumber informasi.

Step 3
Location and Access/ Lokasi dan akses
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa harus memiliki kemampuan untuk menggunakan indeks. Hampir semua informasi yang tersedia didunia ini tersusun dalam indeks, agar memungkinkan untuk ditemukan kembali dengan cepat. Buku-buku teks biasanya memiliki indeks dibagian belakang halamannya. Ensiklopedia, baik umum maupun khusus juga memiliki indeks yang biasanya merupakan volume terakhir dari jajaran semua volumnya.Perpustakaan juga memiliki indeks berupa OPAC (Online Public Access Catalog), begitupun internet dengan search engine-nya.
Dengan kemampuan menggunakan indeks ini, maka pencarian informasi yang tersimpan dalam berbagai sumber informasi dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Adapun subdivisi dari step ini adalah:
a. Mencari sumber-sumber informasi. Disini kemampuan siswa dalam mengenali lokasi sumber-sumber informasi sangat dibutuhkan. Misalnya kemampuan mencari buku yang sesuai dengan menggunakan OPAC dan menggunakan “Boolean” untuk mempersempit, memperluas pencarian melalui indeks elektronik seperti OPAC dan search engine atau meta search engine yang ada.
b. Mencari informasi dalam sumber. Disini kita dihadapkan pada persoalan untuk mengenali informasi yang kita butuhkan. Ingat, tidak semua informasi yang kita dapatkan dari berbagai sumber itu dibutuhkan. Karena itu maka kita harus mencari sumber-sumber, serta informasi yang relevan dengan kebutuhan kita.

Step 4
Use of Information/Menggunakan informasi yang sudah tersedia. Dalam tahap ini kita dihadapkan pada masalah pemilihan cara yang efektif untuk menyaring dan memeras informasi yang banyak jumlahnya tersebut menjadi informasi yang terseleksi dan siap dipakai dalam berbagai permasalahan kita. JIka kasusnya adalah menulis, maka pada tahap keempat ini kita dihadapkan pada tahap dimana semua informasi sudah berada ditangan kita, dan kita harus menyeleksi informasi ditangan kita tersebut. Subdivisi dari tahap ke empat ini adalah sebabagai berikut:
a. Engage/ menangani informasi yang tersimpan, dengan cara membaca, mendengarkan, mewawancarai, mengamati dan mengobservasi informasi tersebut. Disini siswa bisa diajarkan beberapa keahlian, seperti note taking dengan menggunakan tehnik seperti cornell, mindmapping, dsb. Juga beberapa tehnik untuk membaca, seperti tehnik afiksasi membaca cepat, atau SQ3R (Survei, Questioning, Reading, Recite, Review).
b. Menyarikan informasi yang ada. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan: kutipan, atau paraphrase dan membuat summary. Dengan menggunakan berbagai cara ini maka kita dapat mengambil dan mengidentifikasi bagian-bagian yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan kita.

Step 5
Synthesis/Sintesa.
Dalam step ini, kita melakukan penggabungan berbagai informasi yang telah kita dapatkan dan masih tersebar secara konsep. Subdivisinya adalah:
a. Organise/mengorganisasikan berbagai sumber yang terpisah-pisah menjadi satu bentuk produk/hasil yang sitematis. Untuk itu dalam tahap ini beberapa keahlian harus diajarkan kepada siswa, seperti misalnya menulis, membuat “outline” karangan, dan berbagai tips untuk membuat kalimat yang efektif, atau menggunakan ilustrasi dan sebagainya.
b. Presentasi, yaitu menunjukkan, menyebarkan informasi yang tersimpan dalam produk kita kepada orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung konteksnya. Misalnya presentasi powerpoint, data statistic, table, perbandingan, cerita, narasi, bentuk-bentuk sastra seperti puisi, cerpen dab. Untuk subdivisi ini siswa membutuhkan keahlianpenggunaan software pembantu dalam membuat presentasi, seperti powerpoin, flash, movie maker dsb.
Step 6
Evaluasi. Dalam tahapan ini, yang diharapkan adalah bagaimana siswa dapat memberikan penilaian terhadap hasil dan proses yang sudah berhasil dilaluinya. Adapun subdivisi dalam tahapan evaluasi ini adalah meliputi:
a. Evaluasi produk, yaitu evaluasi mengenai bentuk hasil/produk dari kegiat an riset yang kita lakukan. Misalnya dengan memperhatikan beberapa pertanyaan seperti: Apakah tulisan kita sudah dapat menjawab pertannyaan di dalam introduction? Apakah pernyataan-pernyataan dan argumentasi kita sudah cukup didukung oleh fakta yang tersimpan dalam berbagai sumber. Apakah sudah cukup grafik, tabel yang kita harus pakai untuk mendukung pendapat kita.
b. Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang lebih mengarah pada: cara dan proses pembuatan tulisan tersebut. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu dalam evaluasi proses adalah: Kesulitan apa yang harus dihadapi saat mengerjakan tugas ini? Langkah yang mana yang paling sulit untuk dikerjakan? Apa yang harus saya ubah dalam mengerjakan proses yang sama seperti ini di waktu yang akan datang?

Sumber: 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar